Sabtu, 04 Februari 2017

Simponi Di Balik Manusia Papua





Wiyaipai Boga

 

Sebelum  Tahun 1855, PAPUA masih perawan, Kehidupan  manusianya, Kemudian Alamnya dan bahkan Letak Keberadaannya Tak di ketahui Oleh  Mata Dunia, Keberadaan Pulau Papua Hanya Misteri Dan Teka-teki Dalam Pandangan Kaca Mata Dunia, pada masa itu. Kehidupan Manusia Papua pada Saat Itu boleh Di katakan Berada Dalam Zaman Kegelapan. Manusia Papua Tidak mengetahui Apapun yang ada Serta Segala Sesuatu yang berkaitan Dengan Dunia Luar, Lalu Yang lebih Memprihatinkan Adalah Manusia Papua, Atau Pada zaman Itu di Sebut Manusia Kanibalisme, setan, Dan Manusia Iblis. Manusia Papua Pada Saat Itu Tidak saling Mengenal, Antara 1 Daerah Dengan Daerah Lain, Serta Satu suku dengan suku Lain, Dan Dalam Kehidupan Manusia Papua Pada Zaman Itu Hanya ada Peperangan antar Manusia Papua sendiri, Antar Suku Di papua, dan Antar wilayah Di Pulau Papua, Kemudian Di samping itu, perampokan, Dan Lainnya, masih Meraja. Lalu Dalam Segi lainnya, Manusia Papua saat Itu hanya Tahu berburu Dan Mengumpulkan Makanan, Kemudian hanya sedikit dari Manusia Papua Yang mengenal Sistim Bercocok Tanam, Di sisi Spiriktualnya, Manusia Papua Pada Zaman Itu mempercayai Roh Nenek Moyang, Penunggu, Jin Dan Sebangsanya. Sehingga Kehidupan Orang Papua Pada zaman Itu Hidup Dalam Kegelapan. 


Kemudian Pada Tanggal 5 Februari 1855 Hari Minggu Pagi Pukul 06 : 00, Kapal yang Membawa Dua Misionaris Dari Belanda Ottow Dan Geissler Pada akhirnya Berlabuh Di Kampung Mansinam Pelabuhan Doreh, di Tanah Papua. Tanggal Itulah  Yang menjadi Cikal-Bakal Lahirnya Pelita Bagi Orang Papua, Cahaya Yang Terang Dan Menjadi Era Baru Bagi Manusia Papua. Kemudian Geissler Menuliskan Kepada Bapak Gossner Sebagai ucapan Rasa Suka Citanya “ anda tak dapat membayangkan, betapa besarnya rasa suka cita Kami, Bahwa Pada Akhirnya Tanah Tujuan Terlihat, Matahari Terbit Dengan Indah, Ya, Semoga Matahari Yang sebenarnya menyinari kami Dan orang-orang kafir itu, yang telah sekian lamanya merana dalam kegelapan, semoga sang Gembala setia mengumpulkan mereka di bawah tongkat Gembala-Nya yang Lembut”.


Kemudian Hal pertama yang kedua Misionaris itu lakukan Saat Menginjakan Kaki Di Tanah, Yang Saat Itu Di Kenal Dengan Nama (Pulau Neraka), Adalah Mengucapkan Sebuah Pernyataan “ Dengan Nama Tuhan, Kami menginjakan Kaki Di tanah Ini ”, Seusai Mengucap Kata Itu, Keduanya Menginjakan Kaki Di Tanah Yang Pada Masa Itu Di Sebut Sebagai Pulau Neraka. Pulau Neraka Sendiri di beri Nama Oleh Orang-orang dari Kesultanan Tidore, Karena pada masa itu, Pulau Itu di kenal dengan Pulau yang Di mana Penghuninya Adalah Bangsa Kanibalis, Serta Kehidupannya, Dalam peperangan, Perampokan, Pembunuhan, Dan berbagai kegiatan Tidak Baik, Lainnya.


Dan Pulau itu, Di anggap Sebagai Pulau terkutuk, Serta Pulau Yang angker, Sehingga Orang Luar Takut Untuk Masuk, Namun dengan Berani, Ottow Dan Geissler menginjakan kaki Di tanah Terkutut Itu, Tanah Yang Di juluki Sebagai Pulau Neraka. Dan satu hal yang sampai hari ini menyentuh bagi Manusia Papua Adalah Ucapan Yang menjadi lamaran bagi Bangsa Papua “ Di atas batu Karang Ini, Aku letakan Peradaban Orang Papua, Dan orang Sekuat Apapun Dia, Tak Bisa Menguasai Bangsa Ini, Bangsa Ini akan Berdiri Dengan Kekuatannya Sendiri “, ucapan tersebut Menjadi Duri dalam daging, yang tiap saat menusuk urat nadi bagi Orang Papua, Air mata kerinduan akan Ucapan Itu, Agar Menjadi Nyata, Terus saja Mengalir deras, Memohon Kepada Tuhan, Di jadikan Nyata Ucapan Tersebut. Kemudian Terus Bersuara, dan Berusaha Sekuat Tenaga Mewujudkannya,  sambil Menunggu Ramalan Itu Menjadi Nyata.


Lalu Sekilas Mengenai Ottow Dan Geissler.  Ottow Sendiri Bernama Lengkap Carl Williem Ottow, Lahir Pada Tahun 1825, Kemudian Pada Umur 18 tahun Ia telah Mulai tertarik Menjadi Pekabar Injil, Hal Ini Terjadi Karena Ia termotivasi Dengan Khotbah dari Seorang Pendeta Di Jemaatnya. Dan Pada Umur 30 Ottow menginjakan kaki Di Pulau Neraka, atau kini Kita Kenal dengan Pulau Papua.  Lalu Geissler Sendiri Juga Bernama lengkap Johan Gottlod Geissler, Lahir Pada tanggal 18 Februari 1830 di Langen-Reichenbanckta (jerman), Kemudian sejak berumur 14 tahun, ia sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja sebagai anggota gereja Lutheran Jerman, Lalu pindah Ke Berlin,  Dan Pada Umur 25 Geissler menginjakan Kaki Di tanah Papua bersama ottow.


Mulai Hari di mana Ottow dan Geissler menginjakan kaki di tanah Papua, Tepatnya Pada tanggal 5 februari 1855, sejak saat itu, cahaya mulai masuk, Manusia Liar, Di pulau Papua mulai di jinakan, Orang-orang Yang Pada saat Itu Kafir Di gembalakan, hingga manusia Papua mulai mengenal satu sama lain sebagai saudara, teman, kawan, dan Keluarga. Lalu manusia papua juga mulai mengenal Pendidikan, Kesehatan, Agama, Ekonomi Maupun Pemerintahan Dan Lainnya. Mulai Saat Itu. Manusia Papua Mulai Lahir sebagai Manusia Baru, Manusia Yang Beradab, Berakal, Pintar, Dan Berpengetahuan Luas.


Kemudian pada Tahun  1961, Lahirlah Beberapa Musisi dari Papua, Yang Dengan gagah Bersuara dengan Nyanyian, Menyanyikan Segala Keluh dan Kesah dari Manusia Papua, Seperti yang Paling Terkenal Di kalangan Manusia Papua yang di kenal dengan Lagu Mambesak, Buah karya di balik Kepedihan Manusia papua.


Lagu-lagu mambesak Di kenal sebagai Lagu Yang mengandung Unsur perjuangan Di balik Kepedihan, Lagu Ini Membuat Manusia Papua memasuki Era-baru, Era di mana Manusia Papua, Mulai berani Bersuara, Walau Hanya sebatas Nyanyian, Dengan Hadirnya Nyanyian-nyanyian tersebut Membuat Manusia Papua mulai menjadi Dewasa dalam Menyikapi masalah-masalah Di balik PEPERA, Kontrak PT. Freefort, perusahaan Raksasa Milik Amerika Serikat Dan masalah-masalah lainnya, yang di nilai merugikan Manusia Papua.


Lalu Pada Abad Akhir-akhir Ke 20an. Lahirlah Aktivis Kemanusian Yang dengan Gagah Berani, Menyatuhkan Manusia Papua dalam satu persatuan yang kokoh. Dia di Kenal Theys Hiyo Eluay, Seorang Aktivis Ternama Dan Paling Di kagumi Sepanjang Masa dalam benak orang Papua.


Theys Hiyo Eluay, Lahir di Sereh, Sentani, Jayapura, 3 November 1937,  dan Lelaki yang Gagah Perkasa, Yang namanya selalu harum dalam ingatan Manusia Papua tersebut Memulai Aksinya Pada Tanggal 1 Desember 1999, Lelaki yang di Sapa Theys Mencetuskan Dekrit Papua Merdeka, Serta Mengibarkan Bendera Bintang Kejora. Lalu Pada Bulan Mei – juni 2000, Lelaki itu mengadakan Kongres Nasional III Rakyat Papua Barat, Yang Di kenal Dengan Kongres Rakyat Papua. Dan Terpilih sebagai Ketua PDP, Sehingga hal ini menimbulkan Kecurigaan, Permusuhan, Dan ketidaksenangan dari Pihak TNI dan pemerintah Indonesia. Hingga Pada Tanggal 10 Oktober 2001, Theys Hiyo Eluay di culik dan Kemudian Di temukan Tak bernyawa di dalam mobilnya di sekitar jayapura. Kematian Theys Hylo Eluay Ini di nyatakan Bahwa di lakukan Oleh Pihak KOPASSUS, sehingga salah seorang Anggota KOPASSUS Letkol Hartono di pecat secara tidak terhormat, Namun Kasus Kematian Theys Hiyo Eluay Masih Di duga ada sangkut Pautnya Dengan Oknum-Oknum Tertentu.


Kematian Seorang Gagah perkasa Putra Cendrawasih, Pada Tahun 2001 ini membuat Manusia Papua Memasuki Era-baru, Era di mana Manusia Papua harus Lebih Keras Lagi Untuk berjuang, Memperjuangkan Irisan Hati, Keluhan Di balik Kepedihan yang Menjadi Duri dalam daging, Yang Tentunya Tiap Saat Akan Terus menusuk dan Menyiksa, Menimbulkan Rasa sakit yang Mendalam, Di setiap Hembusan nafas, Di setiap Detakan Jantung Manusia Papua Yang Malang.


Tulisan di atas ini, saya Tulis untuk memperingati Ulang Tahun Ottow dan geissler memasuki tanah Papua tepatnya di pulau mansinam, Yang Kini genap Berumur 162 tahun. Saya sebagai Manusia Papua Yang Kini Berada Di Era-modern, Mengucapkan Banyak Terimakasih Kepada Ottow dan Geissler atas Perubahan besar,  penerangan, dan Kelahiran yang Baru, sebagai Manusia Papua yang Baru, Yang Anda Berdua Hadirkan Bagi Orang Papua DI Tanah Cendarasih.


Catatan : bila ada tulisan yang di anggap kurang, atau lebih, bahkan bila di anggap salah Maka Penulis Meminta Dengan Hormat Untuk Di beri pentunjuk serta arahan, Supaya di Tulisan Berikutnya, penulis Dapat Memperbaikinya.



Penulis : Ekowaibhi

Penyumbang Ide : Wiyaipai Boga


Bandung, 05/01/2017
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar