Kamis, 31 Januari 2019

Cerpen : Hantu Menjelang malam Morning star


Hantu menjelang malam Morning Star


                Nyala api unggun menerangi halaman sekolah, hawa dingin menusuk hingga kedalam tulang. Lalu Sekitar lima orang duduk mengelilingi kobaran api unggun itu, dan aku adalah salah satunya, namaku leuname. Lalu yang paling tua diantara kami bernama Lukas yang pada saat itu duduk di sebelah kananku, sedangkan di sebelah kiriku adalah leyden kawan baikku, disamping leyden duduk adik laki-lakiku marti, serta yang duduk di sebelah lukas adalah yosep teman kompleksku.

                 Kami sejak sore sudah duduk sambil membuat api unggun di tengah halaman sekolah dasar yang berada di kompleksku, itu pun karena pak kepala sekolah yang memang sudah seperti orang tua kami sempat meminta kami berlima untuk menjaga kompleks dari hal-hal yang negatif yang bisa saja mengancam lingkungan dan masyarakat yang hidup disekitar komleksku, hal ini mengingat besok adalah momen yang sangat penting bagi orang Papua. Ya.., besok tepat tanggal 1 desember. Sebuah hari yang datang tiap tahun, mengingatkan masa lalu orang papua, dimana bintang kejora berkibar pada tanggal 1 desember tahun 1961 untuk pertama kalinya tanpa adanya gangguan dari para penindas yang menyengsarakan manusia papua. Hari itu bangsa papua menyatakan diri sebagai satu bangsa yang terlepas dari ikatan penindasan bangsa lain, namun dengan tipu daya serta rekayasa oleh para penindas, penjajah, dan para kapitalis berhasil mengikat bangsa papua dalam pangkuan penderitaan.

               Memang kami sangat sependapat dengan pak kepala sekolah mengingat bahwa selama ini pernah banyak kejadian pelanggaran HAM yang sempat terjadi dibeberapa daerah dengan dalil mengamankan, misalnya seperti pemukulan, penangkapan dan penembakan terhadap warga sipil oleh ABRI.

                 “ teman-teman tentu pernah mendengar mengenai beberapa operasi yang dilakukan

                    oleh ABRI terhadap masyarakat sipil ditanah kita, tanah papua inikan? ”,

                     tanyaku pada teman-temanku itu.

                  

                  “ Memang aku pernah dengar namun tidak begitu tahu tentang berbagai operasi

                     itu secara detail karena kurangnya informasi ”, sahut leyden.


                   “Kak, sa jua tra tau soal itu”, ucap marti.


                   “ Jadi begini teman-teman, aku akan menceritakan semua yang ku ketahui kepada

                      Kalian. Yang pertama adalah operasi Sadar dengan wilayah operasi Manokwari

                      dan sorong, dalam operasi ini banyak torang pu sodara/I yang meninggal,

                      banyak juga perempuan papua yang dijadikan budak seks dan akhirnya dibunuh

                      dengan biadab, bahkan Gedung sekolah, rumah ibadah serta satu kampung

                      dibakar habis, tidak sampe situ, binatang serta harta kekayaan lainnya pun

                      dibasmi habis. Lalu ditempat berbeda yaitu di paniai, deiyai, dogiyai juga

                      terjadi operasi yang sama dilakukan oleh angkatan bersenjata republik

                      Indonesia, . Yang berikutnya adalah Operasi Tumpas, walayah operasinya biak

                      barat dan biak utara, pada operasi ini terjadi penembakan, penyiksahan,

                      penahanan, pemerkosan, serta penculikan, banyak pula perempuan yang

                      mengalami tindak kekerasan seksual dan akhirnya dibunuh. Selanjutnya adalah

                      sebuah operasi Pembunuhan massal yang terjadi dipegunungan tengah papua

                      yang menewaskan hampir 4 juta lebih masyarakat sipil, mulai dari bayi hingga

                     orang dewasa, dan dalam operasi ini pun tidak terlepas dari kasus penculikan,

                     pemusnahan harta benda, dan pemerkosaan. Berikutnya, operasi yang

                     menargetkan Thadeus Yogi, Pada operasi ini masyarakat sipil ditahan sampai

                    dibunuh dengan cara diikat dengan tali digantungkan kemudian besi yang sudah

                    dipanaskan/dibakar di api sampai merah, mereka masukan besi panas tersebut

                    dari pantat hingga keluar dimulut, mereka itu bukan lain, tong tete dong yang di

                    meewo. Jadi itu adalah beberapa kasus operasi militer yang aku ketahui, memang

                    kalau mau ditelusuri lagi maka banyak sekali kasus pelanggaran Hak Asasi

                    Manusia yang terjadi di torang pu tanah ini, dimulai dari tahun 1960 hingga saat

                    ini.” Ucapku mengahiri penuturanku tentang beberapa operasi militer yang sempat

                    ku dengar dari beberapa orang tua.


         Kemudian ku tuang kopi hitam kedalam gelas, lalu mengambil sebatang rokok surya Kecil, memasang api, lalu menghirup asap rokoknya dengan perlahan-lahan sambil mencoba membuang perih dalam benak mengingat banyak manusia papua yang sudah berpulang ke bapa di surga akibat ABRI yang dengan ganas membunuh, dan merampok serta memusnahkan segala sesuatu yang ada diatas tanah airku, bumi cendrawasih.


                “ sa jua ada sesuatu hal mengenai tong pu tanah yang harus sa ceritakan sama

                   teman-teman.” Ucap Leyden memecah kesunyian.


                “ Boleh, malah itu bagus, hitung-hitung kita mengenang nasip mengenaskan serta

                   sejarah hitam yang terjadi di tong pu tanah ini ”, kata Lukas yang sejak tadi

                   memang Nampak hanya diam sambil focus mendengarkan.


                 “ sa jua setuju sama kaka Lukas ”, ucap yosep menambahkan.

                 “ ok siap, sa akan cerita tentang beberapa hal yang sa tau saja ”. sambil menarik

                    rokok surya kecil yang dibalik jemarinya.


                 “ Jadi begini teman-teman, sa ada dengar dari kaka laki-laki satu toh, katanya

                    dijawa sana, kalau tidak salah di jogja, kos-kosan tidak menerima orang papua,

                    bayangkan masa mahasiswa papua di anggap apa coba, diperlakukan seperti

                    binatang. Tidak Cuma itu, kata kaka laki-laki, pernah ada seorang mahasiswa

                    papua yang sedang anyam noken di lingkungan kampus, lalu datang salah

                    seorang dosen, kemudian mengusirnya pulang dari lingkungan kampus.” Ucap

                    leyden sambil minum kopi hitam.

                   “ Tidak Cuma itu, kata kaka laki-laki, ketika mahasiswa papua ingin melakukan

                      aksi menuntut ketidakadilan yang terjadi pada rakyat papua, malah mereka

                      ditahan, dipukul serta mendapat cacian dan makian dari organisasi masyarakat

                      disana, dan aparat setempat.” Sambung leyden menuturkan apa yang dia dengar

                      dari kakak laki-lakinya yang juga kuliah di jawa.

           Perbincangan kami pun melebar, hingga banyak persoalan yang masing-masing kami ketahui, kami pun menceritakannya, berbagi satu sama lain, mencoba menelusuri kabut hitam yang coba ditutupi oleh para penjajah. Lalu karena aku sudah terlalu banyak minum kopi, bahkan hingga belasan gelas sehingga membuatku tidak bisa menahan air kecil maka aku pun minta ijin kebelakang meninggalkan mereka untuk melepas air kecil.

             Sesampainya aku di belakang sekolah, aku pun membuang air kecil ke semak-semak yang tumbuh dibelakang sekolah itu, usai itu, ketika aku mulai balik dan berjalan kembali melewati sudut sekolah maka aku tiba-tiba menabrak sesuatu hingga membuatku jatuh kesamping mencium tanah. Lalu dengan cepat aku berdiri, melihat apakah ada orang atau sesuatu benda yang ku tabrak tadi namun setelah ku periksa baik-baik ternyata tidak ada apapun, aku menjadi heran dan bingun, entah apa yang tadi ku tabrak itu.

             Selagi aku tenggelam dalam kebingunan, tiba-tiba ada suara ketawa yang merdu terdengar dari balik pepohonan yang tumbuh tak jauh dari semak-semak yang tadi sempat aku buang air kecil. Suara itu sangat nyaring, suara ketawa wanita, dan setelah usai suara ketawa wanita, disusul lagi terdengar suara ketawa pria. Ketika ku perhatikan dengan seksama kearah asal suara ketawa itu, tak terlihat sosok manusia, akan tetapi suara ketawa itu masih terdengar bahkan seakan-akan kadang didekat telingaku, lalu kembali terdengar lagi di tempat tadi.

              Bulu badanku merinding, sosok-sosok hantu yang sering ku tonton di Tv melintas dibenak, membuatku makin makin gugup karena takut. Lalu aku pun meninggalkan tempat itu, berlari kearah teman-temanku. Sesampainya disana, kuceritakan kejadian tadi kepada mereka.

             Kemudian, Lukas berpendapat bahwa suara ketawa itu tentu adalah hantu, namun leyden membantah itu. Menurut leyden itu adalah roh dari mereka yang telah dibunuh dengan biadab oleh aparat, mungkin mereka masih belum puas mati mengenaskan sehingga dimalam penting, dimana besok adalah momen paling special bagi orang papua, mereka pun sedang menyatakan diri bahwa roh kami pun masih belum tenang dialam sana.
           Lanjutnya lagi, Leyden mengatakan bahwa mungkin pula mereka hadir karena mendengar kisah mengenaskan tentang pembantai yang dilakukan oleh militer terhadap mereka tadi sempat kita singgung. Lalu berusaha menunjukan kepada kita bahwa pembantaian itu benar adanya, dan mereka adalah beberapa orang korban pembantaian itu.

           Usai itu, kami pun tidak terlalu mempersoalkan kehadiran mahluk-mahluk halus itu, kami melanjutkan diskusi kami tentang persoalan yang sempat tadi kami bahas itu hingga menjelang Pagi.

***



Bandung, 01/02/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar