Sabtu, 09 Maret 2019

Cerpen : PUBG DAN BERKARYA




              Aku yang masih terbaring di tempat tidurku merasa terusik dengan rasa dingin yang menyerang kakiku. Selimut yang semalam menutupi tubuhku kini sudah berpindah tempat dan entah siapa yang memindahkannya, mungkin juga ketika aku tidur, tanpa sengaja ku buang selimut itu hingga kini sudah berada di pojok dekat meja. Perutku bunyi ketika aku mulai kembali ke alam sadar. Setelah aku benar-benar sudah merasa sadar dari sisa-sisa rasa malas bangun yang terbawah dari tidurku maka aku duduk dan tanpa menunggu lama, ku buka lektop yang tergeletak dilantai, kemudian ku nyalakan lektop itu, lalu ku bunyikan sebuah lagu yang baru kemarin sempat ku download di taman wifi.

              Lagu yang berjudul mace tukang selingku karya rechabar famly & wagadei crew 1’8 itu pun bunyi. Setiap ungkapan dalam lagu itu mengingatku pada setiap jarum yang telah di tancapkan pada hatiku. Luka yang bisu itu pun ku rasa sedang menangis karena sentuhan lirik lagu itu. Memang setiap lagu yang kita dengarkan bisa saja mewakili setiap rasa yang kita alami, bahkan bisa pula lirik lagu itu membawa kita ke masa lalu. Mengingatkan kita kepada kenangan yang sudah pernah kita lalui dan hendak kita lupakan.

               Perutku yang sempat tadi melantunkan bunyi, kini ku rasa sedang meminta hak. Tentu saja perut itu sedang minta makan. Nasip memang tak selalu baik, begitu pula dengan kondisiku sekarang. Jujur saja bahwa aku memang kini tak memiliki sepeserpun uang. Aku mengambil keputusan untuk melupakan rasa lapar dan membiarkannya mengalir begitu saja, mungkin dengan begitu rasa laparku akan hilang.

               “ Kaka man, ko su bangun ”. suara adikku sambil mengetuk pintu kamarku.

               “ Sudah dik? ”, balasku sambil merangkak membukakan pintu.

               “ Ko pu rokok adakah tidak? ”. sebuah pertanyaan yang membuatku Semangat.

                “ Sa pu rokok su habis dan sa juga lapar ”. sahutku jujur.

                “ Ko ikut sa kedepan su ”.

                “ io, ayo jalan ”. balasku sambil berdiri mengikuti adikku.

             Setelah sampai di depan jalan. Aku di minta oleh adikku untuk lansung pergi ke warung kecil yang berada disamping masjid. Aku pun akhirnya dengan perlahan melajukan kakiku mengarah ke warung kecil yang dimaksud adikku. Disana aku memesan makan, kemudian lansung melahapnya hingga habis.

              Beberapa saat setelah makanan itu habis, adikku itu pun datang sambil membawakan sebungkus rokok sampoerna kretek beserta satu lembar uang dua puluh ribu. Setelah menyerahkan rokok dan uang itu, adikku menyuruhku untuk membayarkan makanan itu dengan uang pemberiannya tadi sambil pergi meninggalkanku dari warung kecil itu.

             Usai adikku itu pergi maka aku ambil sebatang rokok sampoerna kretek yang tadi dibelikan adikku. Memang sebuah tradisi bagi seorang perokok untuk merokok bila usai makan. Pastinya semua perokok akan merokok setelah makan sebab rasanya kurang bila makan tanpa merokok. Sama seperti minum setelah makan, keduanya adalah pasangan, namun bagi perokok mungkin merokok berpasangan dengan makan. Ya begitulah rasanya menjadi seorang perokok.

               Kemudian aku membayar makanan yang tadi sempat ku lahap sampai habis itu, sesudah itu aku kembali ke dalam kamar kosanku. Ku pakai sebuah jaket curian, Sebenarnya bukan curian namun karena jaket itu milik abangku yang ku ambil tanpa memberitahukannya maka boleh di kategorikan sebagai barang curian, Lalu Ku masukan lektop kedalam tas dan selanjutnya ku kenakan sebuah sepatu yang sudah mulai robek karena kurang dirawat. Setelah aku merasa bahwa semuanya sudah siap maka ku lajukan kakiku menuju taman wifi.

              Sesungguhnya, Niatku ke taman wifi adalah main PUBG. Sebuah game online yang kini sedang naik daun dikalangan anak-anak muda di Indonesia. Aku sebetulnya tidak begitu menyukai dunia game namun entah kenapa aku pun sudah menjadi salah satu pecandu game ini, walaupun aku memang tidak sampai berjam-jam main game ini. Ketika aku hendak main game ini, mungkin disaat itu aku memang tidak memiliki ide untuk menulis. Menulislah bagian dari hidupku, Bagiku hidup tanpa menulis ibarat hidup tanpa nafas. Mungkin untuk game itu sendiri bisa aku katakan tempat aku menyegarkan otakku yang sudah beku karena mengarungi dunia huruf.

               Ya, itulah rahasianya. Kini pun aku hendak pergi main game PUBG karena memang aku sedang tidak memiliki ide untuk bahan tulisanku. Aku memang bukan seorang penulis hebat seperti andre hirata, pramodya ananta dan lainnya, aku hanyalah seorang penulis cerpen yang abal-abalan.

                Setelah tiga puluh menitan berjalan kaki, aku pun akhirnya sampai pula di taman wifi. Ketika sampai di taman wifi yang letaknya berada di tengah kampus. Kampus tempatku kuliah, disana ada abangku yang duduk sambil menikmati kehangatan yang diberikan dunia online, sedangkan disampingnya ada seorang temanku yang juga sedang duduk asik menonton anime di youtube.

                Temanku itu sering di sapa paitua dan bagi paitua dunia anime itu menjadi sebuah tempat edukasi yang baik baginya. Banyak hal yang menurutnya bisa kita dapatkan dengan menonton anime. Misalnya seperti naruto yang menurut paitua dapat kita petik pelajaran hidupnya. Katanya lagi, dalam anime naruto, kita akan diajarkan bagaimana kita musti sabar, bagaimana kita musti terus menjaga komitmen, kerjasama, kekeluargaan dan ketelitian. Sebenarnya banyak lagi anime lainnya yang sempat ia ceritakan makna positif yang sempat ia dapatkan namun aku telah lupa semuanya. Yang masih ku ingat Cuma naruto dan itu pun karena aku juga menyukai anime itu.

                  Lalu abangku itu sendiri disapa aibon Papua. Entalah apa arti nama itu, mungkin hanya dia dan orang yang memberikan julukan itu saja yang tahu tentang nama itu. Abangku itu lebih menyukai dunia ilmiah. Ya memang beda denganku yang lebih menyukai dunia fiksi.

                 Aku lansung menyapa keduanya, lalu duduk di tempat dimana ada sebuah cok roll yang menjadi satu-satunya sumber listrik ditempat itu. Kebetulan ketika aku datang dari kosan, lektop yang ku bawah dalam keadaan kritis batreinya dan karena itu aku duduk ditempat dimana ada sumber listrik sehingga memudahkanku untuk cas lektopnya.

                 Usai batrei lektopku menujukan bahwa batreinya terisi maka aku lansung menghidupkan lektopku, kemudian menyambungkannya dengan jaringan wifi yang ada disitu. Usai itu, aku membuka PUBG dan masuk bermain.

                  “ ko belajar menembakkah?, atau di mapia akan ada perang jadi latihan tembak”. Suara yang bersumber dari abangku yang entah sejak kapan sudah berada di sampingku itu sontak membuakku kaget.

                Aku tidak menjawab ucapan abangku itu. Aku hanya diam dan terus tenggelam dalam dunia game. Kemudian abangku itu meninggalkan aku dan temanku yang kebetulan pula duduk disampingku. Game yang kumainkan itu pun usai sehingga ku hentikan dulu aktifitas ku terhadap game itu dan membuka facebook. Ketika jendela facebook sudah terbuka maka disana ada sebuah status yang baru saja diupload oleh abangku yang tadi sempat menegurku. “ Tanpa Karya hanya main GAME PUBG dikira lagi Belajar padahal tidak.”. kurang lebih begitulah ungkapannya dan ungkapan itu lansung memberiku ide untuk menulis.

             Tentu saja, bacaan yang anda sekarang baca inilah hasil dari ide yang berasal dari sebuah status di facebook yang di upload oleh abangku. Kita masing-masing diberi talenta untuk melakukan sesuatu yang berharga dan membangun sehingga menurut hemat aku, kita mustilah pandai dalam memamfaatkannya. Setiap momen itu berarti bahkan sangat berarti sekali, sebab bila kita memamfaatkan momen itu maka hanya akan ada penyesalan dikemudian harinya.

              





Bandung, 09/03/2019

Oleh : Emanuel Bamulki

1 komentar: