Kamis, 09 Maret 2017

Regu Militer Kasuari




Pada suatu kesempatan, regu Militer Kasuari Di bawah Komando Luky melakukan Penyerangan Kepada Kaum Penjajah, Tepatnya Kamp Militer Indonesia Yang Saat Itu menjadi Pusat Persenjataan, Dan Perlengkapan Perang.

Regu Militer Kasuari Berhasil Merampas Beberapa Senjata, Serta Perlengkapan Perang, Dan Melumpuhkan Beberapa Penjaga Yang bertugas Saat Itu, Tanpa Menimbulkan Korban Jiwa.

Seusai Melakukan Operasi Perampasan Sejata Dan Perlengkapan Perang, Letkol Aribowo Bersama Pasukannya Melakukan Penyelidikan Seputar Perampasan Yang di lakukan Di kamp Militernya.

Setelah Di selidiki, Di ketahui Sekitar Puluhan Senjata, Beserta Amunisinya Dan Perlengkapan Perang Dinyatakan Lenyap Di bawah Regu Militer Kasuari Yang Saat Itu Kenal Dengan Istilah Teroris.

Untuk Menutupi Kecerobohan Yang Telah Di lakukannya, Maka Letkol Aribowo Menembaki Semua Penjaga Yang Pada Saat Itu Bertugas Di Kamp Militer, Lalu Mengumumkan bahwa Pihak Regu Kasuarilah Yang melakukan Pembunuhan Dan Pembantai Itu.

Dengan Memanipulasi Kejadian Sebenarnya, Maka Letkol Aribowo Menyatakan Akan Menyerbu Habis Regu Kasuari Hingga Lenyap Total.

Kemudian Selang Beberapa Minggu Kemudian, Letkol Aribowo Berhasil Membunuh Komando Militer Regu Kasuari Yang Tak Lain Ada Luky, dengan Bantuan Beberapa Mata-mata, Yang tak Lain Adalah Warga Pribumi Sendiri.

Seusai Pembunuhan Luky, Letkol Aribowo Menyatakan Akan Menumpas Habis Sisa-sisa Regu Kasuari Yang berkeliaran Di hutan-hutan.

Kemudian Seiring Berjalannya Waktu, Letkol Aribowo, Berhasil Meyakinkan Masyarakat Bahwa Regu Militer Kasuari Adalah Teroris, Pembunuh, Dan perampas yang harus di takuti Oleh Masyarakat.

Letkol Aribowo, Memanipusi Kenyataan, Dengan Mencemarkan Nama Baik Regu Militer Kasuari di Mata Publik, Kemudian Melahirkan Permusuhan Yang tiada Berahir Antara Regu Militer Kasuari Yang Haus Kemerdekaan, Dan Pihak Militer Di bawah Komando Letkol Aribowo.

Sebelum Regu Militer Kasuari Meraih kemerdekaan, Maka Takan Pernah ada Perdamaian Antara Regu Kasuari Dan Pihak Militer Indonesia, Itulah Yang Di Paparkan Pihak Regu Kasuari Mengahiri Ceritanya.

****

Petunjuk Lelaki Tua Tentang Cinta






Dalam Bangunan Tua Yang Telah Di makan Usia, Seorang Lelaki tua Berumur 70-an Tahun, Duduk membisu Seperti Patung Budha Di Dalam Pelukan Kesunyian, Lelaki tua Itu Nampak Telah Menutup Matanya Untuk Hal-hal Duniawi.

Lelaki Tua Tersebut Di kenal Bijak, Dan Tiap Hari Selalu Ada Beberapa Orang Yang Berkunjung Sekedar Meminta Arahan, Nasihat Serta Petunjuk Kepada Lelaki Tua Itu.

Lelaki Tua Itu, Di Ketahui Tak Pernah Bergeser Sedikit Pun Dari Tempat Duduknya, Selama Bertahun-tahun, Lelaki Tua Itu telah Mengasingkan Dirinya Dalam Kesunyian, Dan Semedi Serta Doa-doa.

Hingga Pada Suatu Kesempatan, Ada Seorang Pemuda Mengunjungi Lelaki Tua Itu Dan Mengutarakan Kedatangannya, Bahwa Dia Sangat Mencintai Seorang Gadis Namun Gadis Itu Adalah Sahabat Karibnya, Sehingga Rasa Cinta Itu, Telah Ia Pendam Untuk Sekian Lama, Tanpa Pernah Di ketahui Gadis Yang Di cintainya.

Kecintaan Pada Gadis Itu Membuat Hati Dan rasa Lelaki Itu Menyiksanya Tiap saat, Bahkan Pernah Sekali Waktu Lelaki Itu Berniat Hendak Bunuh Diri, Namun Niatnya Kendor Karena Takut akan Masa Depan Yang Suram. Dan Dalam Benaknya Terlintas Betapa Sia-sianya Bila Ia bunuh Diri Namun Keadaannya Takan Pernah berubah. Kemudian Karena alasan Inilah Yang mendorongnya Datang Meminta Beberapa Petunjuk Kepada Lelaki tua Yang Bijak itu.

Seusai Menjelaskan Panjang Lebar Titik Masalah yang Di hadapi Pemuda itu, Maka Lelaki tua Itu Menghela Nafas Perlahan, Lalu Memandang Lelaki Itu Dengan Tatapan Tajam.

Kemudian Untuk Beberapa Saat, Keheningan Memenuhi Seluruh Pelosok Bangunan Tua Itu, Kedua Lelaki Itu tampak Membisu, tanpa ada Nada Sedikit pun, Keduanya Terlihat Mengadu mata Dengan tatapan Tajam.

Lalu, Sebuah Ucapan Mulai Membela Kesunyian, Lelaki tua Itu Nampak Mengucap Sepatah Kata “ Anakku, Cinta Itu Kejam, Cinta Itu Mematikan, Selama Cinta Itu Tidak Beri Ruang Untuk Bergerak “, Seusai Mengucapkan Itu. Lelaki Tua Itu Terdiam, Merenungkan Sesuatu Dan Akhirnya Melanjutkan Lagi Ucapannya “ Anakku, Sekarang Yang Hendak Kau Lakukan Adalah Pulang dan Katakan Semua Perasaanmu Padanya, Dan Ingatlah Ketika Kau Mengucapkan Perasaanmu Padanya, Usahakan Kau Ucapkan Dengan Tulus, Serta Di iringi Dengan Seluruh Rasa Yang Kau Miliki padanya. Kemudian Akhiri Dengan Ucapan Maaf, Karena Telah Menaruh Rasa Padanya “, Seusai Percakapannya Dengan Lelaki Tua Itu, Di Kembali Ke Tempat Asalnya, Lalu Melakukan Apa Yang Telah Di ucapkan Lelaki Tua Itu. Dan Pada Akhirnya, Wanita Itu Pun Menyatakan Bahwa Dirinya Juga Menaruh rasa yang Sama Padanya.

Kemudian Selang Beberapa Minggu Kemudian, Pemuda Itu Akhirnya Menikahi Gadis Itu, Dan Menyadari Bahwa Ucapan Orang Tua Itu Benar.

Dan Untuk Mengenang Ucapan Lelaki Tua Itu, Pemuda Itu Menuliskan Kembali Ucapan Lelaki Tua Itu Di dinding Rumahnya Bahwa “Cinta Itu Kejam, Cinta Itu Mematikan, Selama Cinta Itu Tidak Beri Ruang Untuk Bergerak“.

*****

Maria Wanita Revolusioner





Pada Suatu Hari, Dalam Sebuah Pertemuan Para Revolusioner TPNPB  (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat ) Di Paniai Eduda Di bawah Komando Tadius Yogi Mengumpulkan Segenap Anggota Revolusioner Yang Tersebar Hampir Ke seluruh Penjuru Hutan Meepago.

Dan Dalam Pertemuan Para Revolusioner Tersebut Hadir Seorang Gadis Jenaka Yang berumur Kurang Lebih 18 Tahunan Bersama Kaka Tertuanya. Kaka Tertuanya Ini di kenal Dengan Julukan Meenaipai yang Berarti (pemakan Manusia). Julukan Ini Bukan Berarti Bahwa Dia Adalah Seorang pemakan Manusia Melaikan Penggambaran Dari Dirinya Yang di jadikan Sebagai Julukan. Julukannya Ini Menggambarkan Betapa Lelaki Ini Haus Akan Darah Para Penjajah, Dia Takan Segang-segang Membunuh Para Penjajah, Sebab Dia Benci Penjajah, Benci Dengan Penjajahan Yang di Lakukan Oleh para Penjajah, Benci Pula Dengan Penganiayaan, Pemerkosaan, Dan Perampasan Kekayaan Alamnya Yang Makin Meraja Di Tanah Tumpah Darahnya.

Lalu Gadis Yang Tak Lain Adalah Adik Dari Meenaipai Ini Di kenal Dengan Nama Maria, Maria Adalah Adik kesayangan Dari Meenaipai, Menaipai Sangat Menyangi Adiknya Melebihi Dirinya Sendiri.

Maria gadis Pemilik Bola Mata yang indah, Di Hiasi Bulu-bulu Halus, Dengan Bibirnya Yang Segar Merekah Merah Menawan, Pemilik Wajah Laksana Bulan Itu Telah Menerima Didikan Dari Kakanya Mulai Sejak Maria Kecil Hingga Maria Berusia 18 tahun.

Dalam Jiwa Maria, Benih-benih Perjuangan Telah Tumbuh Kokoh, Laksana Benteng Raksasa Milik Cina, Seluruh Jiwa Raganya Telah Dia relakan Demi Perjuangan, Hingga Detakan Jantungnya Adalah Api Semangat Juang Yang Membara.

Dan Kini Dia Hadir Di Tengah-tengah Para Revolusioner Lainnya, Guna Mengenal Etikat Perjuangan Lebih Dalam Lagi, Dan Berharap Menjadi Salah Satu Pejuang Wanita Yang Siap Terjung Kapan Dan Di mana Pun Dia Di butuhkan.

Seusai Pertemuan Para Revoluisoner Itu, Maria Bersama Kakak Tertuanya Kembali Ke Markas Di mana Selama Ini Menjadi Tempat Berdiam Mereka, Di sana Mereka Mempersiapkan Apa Saja, Mulai dari Fisik, Raga, Dan Mental, Siap Selalu Menghadapi Berbagai Kemungkinan Yang Akan terjadi Ke depannya.

Setelah Beberapa Bulan, Maria Di beri Tugas Oleh Kakanya untuk Memantau Situasi Di daerah Nabire, Mulai dari Batalion, Kodim, Hingga Unit Terkecil Yang Di miliki Pos-pos Militer Di Nabire.

Seusai Menerima Tugas, Maria Akhirnya Ke Nabire, Sesampainya Di nabire, Maria Melaksanakan Tugas Dengan Penuh Tanggung Jawab, Dia Mulai Memantau setiap Gerak-gerik Militer Di nabire, Mulai dari Proses Pelatihan Militer, Kamp-kamp Pelatihan Militer Yang Tersebar Di Hutan-hutan Sekitar Nabire, Dan Persenjataan Milik Militer, Hingga Taktik Perang Militer Dan Lainnya. Kemudian Tak Lupa Melaporkannya Ke Komando Markas Yang Tak Lain Adalah Kakanya.

Setelah Kurang Lebih 1 tahun Melakukan Pemantauan, Maka Penjilat-penjilat Penjajah Pada akhirnya Mencium Keberadaannya, Lalu Melaporkan Keberadaannya Ke Kepala Militer Batalion. Kemudian Kepala Militer Memberi Upah Infomasi Kepada Penjilat-penjilat Penjajah yang Tak Lain Adalah Suku Bangsa Maria Sendiri.

Setelah 1 minggu Kemudian, Maria Di Nyatakan Di tangkap Para Penjajah, Lalu Di siksa, Dan Pada Akhirnya Di nyatakan Akan Di Bunuh. Dan Pada Ahirnya Proses Pembunuhan Pun Di lansungkan, Sebelum Di Bunuh Maria Mengucap Sepatah Kata

Sungguh Aku Bangga
Bangga Karna Darahku Tumpah Di atas Tanah Airku
Bangga Karna Dapat Berkorban Untuk Bangsaku
Dan Aku Tak Menyesal Melakukannya
Yakin Pula Aku
Bila Besok Selaskar Bangsaku Akan menggantikan Aku
Mengusir Penjajah Dari Tanah Airku
Kemudian Para Penjilat Itu
Para Penjilat Yang Telah Menjualku
Mereka Akan Binasa Oleh Uang
Mereka Akan Di siksa Oleh Kemurkaan Tanah Airku
Dan Pada Akhirnya Bangsaku Akan Merdeka
Bebas Dari Para Penjajah

Seusai Mengucap Itu, Peluru Dengan Kejam Merobek Tubuhnya, Membolongi Dadanya, Dan Darah Segar Mengalir Deras Menetes Di atas Tanah, Dan Menyatuh Dalam Keabadian Perjuangan. Dengan Perlahan Kegelapan Menyelimuti Matanya, Dan Maut Pelan-pelan Datang Mengambil Sukma dari Raganya, Dan Dia Pun Pada Akirnya Menghembuskan Nafas Terahir, sambil Tersenyum Penuh Kemenangan.
******

Seorang Pemuda Dan Buku Tua





Jauh Di dalam Hutan Yang Lebat, Dan Di kenal Angker Nampak Sebuah Mulut Goa Yang Terbuka Lebar, Layaknya Mulut Raksasa Yang Siap Melahap Apapun Yang Mendekatinya.
Goa Maupun Hutan Di sekitarnya, Di Kenal Angker, Hingga Tidak Seorang Pun Berani Memasuki Hutan Tersebut. Konon Di ketahui Bahwa Ada Beberapa Orang Yang Pernah Masuk Kedalam Hutan Tersebut Namun tak Pernah Ada Seorang Pun Kembali, Orang Yang Masuk Kedalam Di Ceritakan Oleh Masyarakat Setempat Bahwa Kemungkinan telah Di makan oleh Mahluk Halus Penjaga Hutan tersebut.

Namun Semua Cerita Dari Masyarakat Sekitar Hutan tersebut Tidak Menyurutkan Niat Seorang Pemuda Bermuka Seram, Dengan Kumis Yang panjang Dan Rambut Acak-acakan, Pemuda itu Malah Semakin Penasaran untuk Memasuki Hutan Tersebut, Untuk Mengungkap rahasia Apa Yang Ada Di balik Hutan Itu.

Setelah Pemuda Itu yakin Telah Siap Memasuki Hutan Itu, Maka Pemuda itu Pun Pada Akhirnya Memasuki Hutan Dengan Tetap Waspada Dan Tenang.

Lalu Pemuda Itu Sampai Pula Di Tengah Hutan Tersebut, Namun Tak Ada tanda-tanda Bahaya, Ataupu Hal-hal Yang Mencurigakan, Dan Karena merasa Aman, Tempat Yang Di laluinya. Maka Pemuda Itu Malah Semakin Berani Memasuki Hutan tersebut, hingga Pemuda itu Tiba Di Gua, Yang Mirip dengan Mulut Raksasa. Kemudian Seusai Tiba Di Mulut Gua Tersebut, Pemuda itu Memberanikan Diri Memasuki Gua Itu, Hingga Langkahnya Terhenti Karena Melihat Sebuah buku yang tampak aneh Dan Kusam Serta Telah Di makan usia.

Melihat Buku Tersebut, Membuat hati pemuda Itu Penasaran, Sebab Buku itu Berada Di Tengah Hutan, bahkan Dalam Gua, Karena Heran Serta Penasaran, maka Pemuda itu Mencoba Membuka Buku itu, Namun Anehnya, Buku itu Tak Ada Tulisannya.

Karena Tak Ada Tulisan maka Pemuda Itu Kembali Menempatkan Buku Itu Di Tempat yang tadi Di Ambilnya, Namun Ajaibnya, Buku Itu Tiba-tiba Bergetar, Bahkan Getarannya Menyebabkan Goa Itu Pun ikut Bergetar, Seperti Gempa. Dan Karena takut Pemuda itu Bersembunyi Di Samping Sebuah Batu.

Setelah Beberapa Saat Bersembunyi, Pemuda itu Di Kagetkan Dengan Suara Yang Memanggilnya, Bahkan Suara Itu Seakan-akan Mempengaruhi Seluruh Anggota Tubuhnya, Hingga kakinya Berherak sendiri, mengarah Ke arah datangnya Suara Yang Memanggilnya. Dan Setelah Sampai Ke asal Suara, Maka Di Ketahuilah Oleh Pemuda Itu Bahwa yang Memanggilnya Adalah Buku Tersebut.

Lalu Buku Tersebut Mengucap Terima Kasih kepada lelaki Itu, Karena Telah membukanya, Dan karena pemuda itu Membukanya sehingga Ia dapat Bebas Dari Pengaruh jahat Yang telah memenjarakannya.

Namun Pemuda Itu Agak heran dan kaget, Sehingga Bertanya, mengapa Buku yang bisa Bicara Itu Dapat Di penjarahkan Dan Apa Penyebabnya, lalu Buku itu menjawab Bahwa Buku itu di Penjarahkan Karena Ulah Tuannya yang Tak Pernah mau Membacanya, Walau Hanya Semenit Saja. Hingga Buku Itu Pada Akhirnya Di penjarahkan Dan Di asingkan.

Seusai Mendengar Itu, Pemuda Itu Jadi paham maksud Buku tersebut, Lalu Mengatakan Terima Kasih pula Sebab Telah Mengingatnya bahwa Bila Memiliki Buku, hendaklah di baca Dan Jangan Di biarkan Sebab itu akan memenjarahkan Sang Buku.

Setelah Sekian Lama Mereka Berbincang, Pada Akhirnya Dia Meminta Ijin untuk pulang kepada Sang Buku, Dan Pada Akhirnya Lelaki itu Pulang, begitu Pun Buku itu, Kembali Berubah Wujudnya, Sebab Buku Itu adalah seorang dewa yang Di Kutuk. Lalu Kini telah bebas Sehingga Ia kembali ke tempatnya Asalnya.

Kemudian Seusai Peristiwa Itu, lelaki itu Selalu mengajarkan Kepada Sesamanya Agar Mau Meluangkan Sedikit Waktunya Untuk membaca Buku yang Telah di Simpan, dan Menasihati Sesamanya agar Tidak memenjarahkan Buku yang Di Milikinya.

***********

Korban Menjadi Anggota Sekte





Pada suatu hari, seorang gadis manis, Cantik Menawan, Indah Di pandang, serta Mengundang Hasrat Bila memandangnnya, Yang pada saat Itu Berasal dari Sebuah Keluarga Sederhana Di Dusunnya, Berniat Hendak pergi Ikut Bergabung Dengan Sebuah Sekte Yang Di yakini Orang Dusun bahwa Sekte itu Berdiri Di Sebuah Gunung, Jauh Di utara Dusun Tersebut.

Sekte Itu Di kenal oleh Masyarakat Sekitarnya Dengan Nama Sekte Malaikat Maut, Dan Di Sekte Itu, Konon Ada Orang Banyak Yang masuk Ke sana, Kemudian Mendapatkan Kekuatan Untuk Menggandakan uang. Lalu hal Inilah Yang Mengundang Minat Gadis Itu, Untuk Pergi Ke sekte Tersebut Untuk Merubah Kondisi Hdup Kelurganya Yang serba Kekurangan.

Lalu Ada Kabar Burung Yang Beredar Pula, Bahwa Sekte Tersebut Sedang Mencari Anggota, Dan Gadis Itu Merasa Bahwa Itulah Kesempatan Emas Yang di Miliki Oleh Gadis Itu Untuk Merubah Kondisi Ekonomi Keluarganya.

Dan Pada Akhirnya, Gadis Itu Pun Pergi Ke Gunung yang Di sebut-sebut Sebagai Markas Sekte Malaikat Maut, Lalu Dalam Perjalan Yang Di Lalui Gadis Itu, Tidaklah Mulus Seperti Yang Di kiranya, Banyak Sekali Rintangan, Godaan Bahkan Hampir Merenggut Nyawanya.

Seusai Tiba Di Gunung Tersebut, gadis Itu lansung Menemui Ketua Sekte Setempat, Dan Ketua Sekte Setempat Menyambut Kedatangan gadis Itu Dengan Hangat, Kemudian Menyuruhnya Mengikuti Ritual Penerimaan anggota Baru Yang di lakukan Di Sekte Tersebut.

Kemudian Setelah Mengikuti Ritual Yang Terasa Aneh dan Mengerikan, Maka Gadis Itu Di nyatakan Resmi Telah Menjadi anggota Sekte.

Setelah Menjadi anggota Sekte, gadis Itu Mengikuti Berbagai Kegiatan Yang Di adakan Oleh Perkumpulan Sekte Tersebut, Mulai Dari Tata Krama, Aturan, Dan Apa saja Yang Ada Dalam Sekte. Hingga Pada Tahap Akhir, Dimana Anggota Sekte Akan Di Beri Kuasa Untuk Menggandakan uang.

Pada Tahap Akhir Ini, Gadis Ini Di beri Persyaratan Yang Sangat Sulit, Yaitu Di Suruh Untuk Mengorbankan Salah Satu Anggota Keluarganya. Dan Karena Merasa Bahwa persyaratan Tersebut Terlalu, Sulit Dan Berat Maka Gadis Itu Meminta Keringanan Untuk Menggati Syarat Tersebut, Namun Ketua Sekte Menjelaskan Bahwa Hanya Itulah Satu-satunya Syarat Terahir yang Harus Di Penuhi Setiap Anggota Sekte Sehingga tak bisa Untuk Di Ubah.
Karena Merasa bahwa Persyaratan untuk Tahap Akhir Tersebut tak Dapat Di lakukannya Maka Gadis Itu Mengajukan Diri Untuk Mengundurkan Diri Dari perkumpulan Sekte, Namun nasip tak Berpihak Padanya, Ketua Sekte lalu Mengatakan Lagi bahwa Bila Dirinya Mengundurkan Diri Dari Sekte Maka Dirinyalah yang Akan Menjadi Korbannya.

Kemudian Gadis Itu berpikir lagi, Bahwa Tidak Akan Pernah Aku Korbankan Keluargaku Hanya karena Harta, hanya Karena Kuasa Menggadakan Uang,  Dan Aku Lebih Mati Sebab Itulah pilihan yang telah ku Ambil.

Setelah Merenungkannya Baik-baik, Maka Gadis Itu Akhirnya Mengatakan Kepada Ketua Sekte bahwa Dirinya Rela Menjadi Korban Keinginannya Sendiri, Dan Lebih Memilih Untuk Mati, Dari pada Melihat Keluarganya yang Menjadi Korban.

Dan Pada Akhirnya, Gadis Itu Menjadi Korban Ritual Yang Di adakan Sekte Malaikat maut Menutup Semua Perjalan Hidupnya.

******