Kamis, 09 Maret 2017

Maria Wanita Revolusioner





Pada Suatu Hari, Dalam Sebuah Pertemuan Para Revolusioner TPNPB  (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat ) Di Paniai Eduda Di bawah Komando Tadius Yogi Mengumpulkan Segenap Anggota Revolusioner Yang Tersebar Hampir Ke seluruh Penjuru Hutan Meepago.

Dan Dalam Pertemuan Para Revolusioner Tersebut Hadir Seorang Gadis Jenaka Yang berumur Kurang Lebih 18 Tahunan Bersama Kaka Tertuanya. Kaka Tertuanya Ini di kenal Dengan Julukan Meenaipai yang Berarti (pemakan Manusia). Julukan Ini Bukan Berarti Bahwa Dia Adalah Seorang pemakan Manusia Melaikan Penggambaran Dari Dirinya Yang di jadikan Sebagai Julukan. Julukannya Ini Menggambarkan Betapa Lelaki Ini Haus Akan Darah Para Penjajah, Dia Takan Segang-segang Membunuh Para Penjajah, Sebab Dia Benci Penjajah, Benci Dengan Penjajahan Yang di Lakukan Oleh para Penjajah, Benci Pula Dengan Penganiayaan, Pemerkosaan, Dan Perampasan Kekayaan Alamnya Yang Makin Meraja Di Tanah Tumpah Darahnya.

Lalu Gadis Yang Tak Lain Adalah Adik Dari Meenaipai Ini Di kenal Dengan Nama Maria, Maria Adalah Adik kesayangan Dari Meenaipai, Menaipai Sangat Menyangi Adiknya Melebihi Dirinya Sendiri.

Maria gadis Pemilik Bola Mata yang indah, Di Hiasi Bulu-bulu Halus, Dengan Bibirnya Yang Segar Merekah Merah Menawan, Pemilik Wajah Laksana Bulan Itu Telah Menerima Didikan Dari Kakanya Mulai Sejak Maria Kecil Hingga Maria Berusia 18 tahun.

Dalam Jiwa Maria, Benih-benih Perjuangan Telah Tumbuh Kokoh, Laksana Benteng Raksasa Milik Cina, Seluruh Jiwa Raganya Telah Dia relakan Demi Perjuangan, Hingga Detakan Jantungnya Adalah Api Semangat Juang Yang Membara.

Dan Kini Dia Hadir Di Tengah-tengah Para Revolusioner Lainnya, Guna Mengenal Etikat Perjuangan Lebih Dalam Lagi, Dan Berharap Menjadi Salah Satu Pejuang Wanita Yang Siap Terjung Kapan Dan Di mana Pun Dia Di butuhkan.

Seusai Pertemuan Para Revoluisoner Itu, Maria Bersama Kakak Tertuanya Kembali Ke Markas Di mana Selama Ini Menjadi Tempat Berdiam Mereka, Di sana Mereka Mempersiapkan Apa Saja, Mulai dari Fisik, Raga, Dan Mental, Siap Selalu Menghadapi Berbagai Kemungkinan Yang Akan terjadi Ke depannya.

Setelah Beberapa Bulan, Maria Di beri Tugas Oleh Kakanya untuk Memantau Situasi Di daerah Nabire, Mulai dari Batalion, Kodim, Hingga Unit Terkecil Yang Di miliki Pos-pos Militer Di Nabire.

Seusai Menerima Tugas, Maria Akhirnya Ke Nabire, Sesampainya Di nabire, Maria Melaksanakan Tugas Dengan Penuh Tanggung Jawab, Dia Mulai Memantau setiap Gerak-gerik Militer Di nabire, Mulai dari Proses Pelatihan Militer, Kamp-kamp Pelatihan Militer Yang Tersebar Di Hutan-hutan Sekitar Nabire, Dan Persenjataan Milik Militer, Hingga Taktik Perang Militer Dan Lainnya. Kemudian Tak Lupa Melaporkannya Ke Komando Markas Yang Tak Lain Adalah Kakanya.

Setelah Kurang Lebih 1 tahun Melakukan Pemantauan, Maka Penjilat-penjilat Penjajah Pada akhirnya Mencium Keberadaannya, Lalu Melaporkan Keberadaannya Ke Kepala Militer Batalion. Kemudian Kepala Militer Memberi Upah Infomasi Kepada Penjilat-penjilat Penjajah yang Tak Lain Adalah Suku Bangsa Maria Sendiri.

Setelah 1 minggu Kemudian, Maria Di Nyatakan Di tangkap Para Penjajah, Lalu Di siksa, Dan Pada Akhirnya Di nyatakan Akan Di Bunuh. Dan Pada Ahirnya Proses Pembunuhan Pun Di lansungkan, Sebelum Di Bunuh Maria Mengucap Sepatah Kata

Sungguh Aku Bangga
Bangga Karna Darahku Tumpah Di atas Tanah Airku
Bangga Karna Dapat Berkorban Untuk Bangsaku
Dan Aku Tak Menyesal Melakukannya
Yakin Pula Aku
Bila Besok Selaskar Bangsaku Akan menggantikan Aku
Mengusir Penjajah Dari Tanah Airku
Kemudian Para Penjilat Itu
Para Penjilat Yang Telah Menjualku
Mereka Akan Binasa Oleh Uang
Mereka Akan Di siksa Oleh Kemurkaan Tanah Airku
Dan Pada Akhirnya Bangsaku Akan Merdeka
Bebas Dari Para Penjajah

Seusai Mengucap Itu, Peluru Dengan Kejam Merobek Tubuhnya, Membolongi Dadanya, Dan Darah Segar Mengalir Deras Menetes Di atas Tanah, Dan Menyatuh Dalam Keabadian Perjuangan. Dengan Perlahan Kegelapan Menyelimuti Matanya, Dan Maut Pelan-pelan Datang Mengambil Sukma dari Raganya, Dan Dia Pun Pada Akirnya Menghembuskan Nafas Terahir, sambil Tersenyum Penuh Kemenangan.
******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar