Jumat, 25 November 2016

TANGISAN MAMA

luka itu meneteskan darah segar mengalir membasihi setiap hempasan debu, dia tersungkur jatuh tergeletak di atas tanah tak bergerak sama sekali, denyut nadi pun tak terasa berdenyut. dia benar-benar telah berpulang pada yang telah mengutusnya untuk hadir di dunia. suara tangis mulai terdengar menggema hinggga ke sudut-sudut penjuru angin mengiringi kepergian si lelaki yang tergeletak tak bernyawa.

di samping lelaki malang yang kini tak bernyawa duduk seorang perempuan setengah tua menangis tak henti, air mata yang bagai pancuran mengalir tak ada hentinya membasih pipih yang kini mulai berkeriput, sampai sesekali menggoyangkan tubuh yang tak bernyawa sambil berharap dia bernafas lagi.

di antara tangis dan ratap sang wanita setengah tua, terdengar kata-kata lembut dan di ucapkan secara perlahan namun mengadung tamparan keras bagi yang dengan kejam telah membuat nyawa lelaki malang itu lepas dari badannya. kata-kata yang di ucapakan oleh wanita setengah tua berbunyi : siapakah dia yang tegah merampas buah hati yang telah ku kandung selama sembilan bulan dalam rahimku, lalu dengan taruhan nyawa ku lahirkan, kemudian ku besarkan dengan kesabaran dan kasih sayang. dan apakah untuk di bunuh dengan biadab, dan tak berperi kemanusian buah hati itu telah kulahirkan, sungguh kau kejam. seandainya kau tahu bahwa di setiap hembusan nafasku harapan dan anganku pada buah hatiku pun ikut ku hembuskan. buah hatiku adalah harapanku untuk kehidupan yang lebih baik dari yang sekarang ku jalani, dia adalah tunas muda yang ku harapakan dapat berguna bagi bangsa, suku, agama, dan lingkungan serta sesama, namun kini kau telah merampas semua itu dariku. setelah berkata demikian si wanita menggerahkan tenaganya yang tersisa mengangkat si lelaki di atas pundak kemudian membawahnya ke tempat peristirahatan yang terahir bagi si lelaki yang bukan lain adalah buah hatinya. 

kekerasan pada anak mama

di saat-saat yang terahir sebelum melepas sang buah hati menyatuh dengan tanah, si wanita berkata : sesungguhnya saat ini adalah saatku dimana kau melepas aku yang tua pergi dan menyaksikan pemakamanku, namun semua telah berbalik ke arah yang tak di inginkan hatiku. malahan pada saat ini mengapa harus aku yang memakamkanmu, dan memikul beban perpisahan yang takkan pernah hilang dalam hidupku kedepan. anakku, mama begitu sayang kamu namun mama yakin anak pasti kan berada di mana anak seharusnya berada, maka kini hanya kata selamat jalan yang mampu ku ucapkan untuk melepas kepergianmu. sesudah kata-kata itu di ucapakan oleh si wanita setengah tua itu maka si lelaki, buah hati itu pun di makamkan dan tubuh menyatuh bersama alam untuk selamanya.

kemudian pulanglah si wanita setengah muda itu ke tempat di mana ia melewati hari-hari tuanya dengan membawa duka dalam hati.

sekian........!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar