Rabu, 18 Januari 2017

Memandang Negeri Dari Atas Langit

entah kenapa...!, tiba-tiba nadiku terhenti, semua yang tadi bersamaku telah hilang dari pandanganku. Aku bingun hendak berbuat apa, dengan kata-kata ingin coba ku gambarkan semua yang ku rasakan, namun sulit ku gambarkan, tanganku hampa. Diam dan bisu membawaku hingga ke Atas langit-langit Negeri, pandangan mataku tertuju Pada yang muda, Duduk membisu di bangku-bangku empuk yang ku kenal dia yang muda itu sebagai kakaku, seniorku. Lalu di sana sekelompok orang-orang berpakaian compang-camping, kulitnya yang tua berbungkus kulit, rambutnya putih, menandakan betapa tua umurnya hidup bertikar bumi dan bersimutkan langit.

Semua itu mengerikan sekali untuk ku pandang, Sekali-kali ku kedipkan mataku, Namun mereka tidak juga hilang dari pandanganku, dan aku masih saja terbang melayang di atas langit-langit negeri. Di sudut sana penebangan liar nampak sedang membabat habis seluruh isi hutan, Sebelahnya lagi nampak perusahaan raksasa milik Amerika sedang melahap habis isi perut bumi dengan rakusnya.

Kemudian mataku tertuju ke pojok kota, Banyak darah dan air mata mengalir menjadi satu, Mayat-mayat bergelimpangan. entah mengapa mataku hendak ku tutup, hendak pula ku keluarkan dari sarangnya, sebab aku merasa ngeri melihat semua itu. Betapa pak tua menderita, sedangkan yang muda hanya duduk tenang menikmati empuknya bangku-bangku mewah, sambil menikmati gadis-gadis pelacur dari kota-kota terdekat dengan uang hasil jeripaya Rakyat. Benar-benar mengerikan, aku mulai bertanya, aku sedang berada di zaman apa ini. Lalu semua kengerianku berahir dengan suara sapaan itu, sapaan kawanku membangunkanku dari mimpi yang buruk. Oh ternyata itu hanya ilusi. Namun benar-benar ngeri aku, dan memang itulah kenyataan yang kini di sembunyikan dunia.

******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar